Walau Jauh dari Kampung Halaman, Budaya Flores Tetap Lestari di Buton
Senin,2016-01-25,10:17:50
Pengantin wanita (memegang selendang) menari Cungka sebagai penutup tarian dalam perkawinan adat Buton, Sulawesi Tenggara
(Berita Dunesia)
BAUBAU - Suara gendang dan gong
terdengar nyaring. Seorang orang lelaki dengan penuh semangat memukul
gendang yang terbuat dari kulit hewan. Beberapa pria dan wanita lain
terlihat hilir mudik masuk dalam sebuah rumah sambil membawa beras dan
telur di tangannya.
Tak lama kemudian, terlihat para wanita
separuh baya dengan menggunakan sarung motif dari daerah Nusa Tenggara
Timur keluar dari rumah. "Kebetulan ada yang akan menikah esok, jadi
kami Kerukunan Keluarga Flores di Buton ini melakukan acara adat
Panlala," kata Ketua Adat Flores di Pulau Buton, Rauf Raya (61), Kamis
(21/1/2016).
Rauf yang tinggal di Kelurahan Kadolomoko, Kecamatan
Kokalukuna, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, ini menambahkan, adat
Panlala bertujuan untuk membantu meringankan beban keluarga yang akan
melangsungkan pernikahan.
Para keluarga kerukunan flores dengan
kompak, masing-masing membawa barang sembako seperti beras, mie, telur,
gula, terigu, minyak goreng dan lainnya.
"Kalau di kampung, di
Flores, bisa juga ada yang membawa kambing dan lainnya. Adat ini untuk
membantu meringankan beban yang punya acara pernikahan. Tapi bukan hanya
acara pernikahan saja, orang yang meninggal dunia juga lakukan acara
adat ini," tuturnya.
Para wanita dengan menggunakan sarung adat
Flores, berdiri berjajar sambil menenteng barang tersebut di atas kepala
masing-masing. Tak lama kemudian, para wanita berjalan bersama
membentuk barisan panjang dan tidak saling mendahului.
"Barang
ini mesti ditenteng di kepala dan tidak boleh saling mendahulu atau
berjejer di samping. Harus jalan satu per satu di belakangnya. Ini sudah
adat kami harus begitu," ucap Rauf.
Sementara itu, para pria
berjalan di paling belakang dari barisan wanita, sambil memegang ayam,
dan memikul alat musik tradisional. Iringan tersebut menjadi daya tarik
bagi warga sekitar Kota Baubau.
"Walau pun kami jauh dari kampung
halaman di Flores, kami terus melastarikan budaya kami, walaupun di
kampung orang," tutur Jamaludin, warga Kelurahan Kadolo, Kecamatan
Kokalukuna, Kota Baubau, yang juga turunan asli Flores ini.
Jamaludin
menambahkan, banyak turunan asli Flores yang sudah menetap di Pulau
Buton dan telah melebur dengan budaya adat lain.
Penulis |
: Kontributor Baubau, Defriatno Neke |
Editor |
: I Made Asdhiana |