Plastik mencemari lautan, bahkan sampai ke Arktik
Jumat,2015-10-23,15:04:53
(Berita Dunesia) Jakarta - Sampah plastik menemukan jalannya menuju samudra
dan dari sana mengalir menuju titik terjauh planet ini, bahkan sampai
sejauh Arktik.
Survei sampah pertama yang di utara Lingkaran Arktik yang dilakukan tim riset dari
Alfred Wegener Institute,
Helmholtz Centre for Polar and Marine Research
(AWI) dan Laboratorium Ekologi Kutub Belgia untuk pertama kalinya menemukan sampah plastik di perairan Kutub Utara.
Pada
Juli 2012, bersama kelompok yang melakukan riset dari Polarstern ke
Selat Fram, area antara Greenland Timur dan Svalbard, ahli biologi AWI
Dr Melanie Bergmann dan timnya mencari sampah plastik yang mengapung di
permukaan laut dari jembatan kapal dan helikopter, "mengawasi sampah" di
rentang jarak gabungan 5.600
kilometer.
"Kami total menemukan 31 potong sampah," kata Bergmann seperti dilansir situs resmi AWI.
Meski jumlahnya sedikit, itu mengonfirmasi bahwa ada sampah yang mengapung sampai ke Lautan Arktik yang terpencil.
"Karena
kami melakukan survei dari jembatan, 18 meter di atas laut, dan dari
helikopter, kami cuma bisa melihat potongan sampah yang lebih besar.
Karena itu, jumlah yang kami temukan mungkin di bawah perkiraan," kata
ahli biologi laut itu.
Sampah plastik yang dilaporkan dari Selat
Fram kemungkinan bocoran dari kumpulan sampah keenam yang terbentuk di
Laut Barents menurut model komputer.
Akumulasi seperti itu
terbentuk ketika sejumlah besar potongan plastik yang mengapung
ditangkap gelombang laut dan terkonsentrasi di pusat sistem pilinan.
Ada
lima kumpulan sampah di seluruh dunia. Kumpulan sampah di Laut Barent
tampaknya masih di tahap pembentukan awal. Bergmann yakin sampah-sampah
itu berasal dari pesisir padat populasi di Eropa Utara.
"Bisa
dibayangkan bagian dari sampah itu kemudian hanyut sampai jauh ke utara
dan barat laut, dan mencapai Selat Fram," kata ahli biologi AWI.
"Penyebab
lain keberadaan sampah di Arktik bisa jadi mundurnya es laut Arktik.
Akibatnya makin banyak kapal layar dan pukat ikan beroperasi lebih jauh
ke utara, mengikuti kod. Kemungkinan besar, sampah dari kapal sengaja
atau tidak sengaja berakhir di perairan Arktik. Kami kira tren ini
berlanjut."
Dalam studi sebelumnya, Bergmann menganalisis foto
dari dasar laut dalam Arktik untuk mencari jejak plastik, kaca dan
sampah lainnya.
Kesimpulannya, dalam kurun waktu sepuluh tahun, jumlah sampah di laut
dalam berlipat ganda dengan kepadatan yang sama dengan yang berasal dari
bagian selatan Eropa.
Kepadatan sampah di dasar laut Selat Fram 10 hingaa 100 kali lebih tinggi dari yang ada di permukaan laut.
"Di dasar laut dalam Arktik, kami temukan rata-rata 2,2 hingga 18,4 sampah per kilometer
di rute kami. Ini menunjukan bahwa dasar laut dalam mungkin menjadi
tempat utama tenggelamnya sampah laut," kata Bergmann.
Sampah
yang mengapung di Arktik sangat merugikan burung laut yang mencari makan
di permukaan laut. Studi terbaru di Isjobern fjord di Spitsbergen
menunjukkan 88 persen burung Fulmar yang diteliti menelan plastik.
Burung-burung ini menghabiskan seluruh waktunya di laut. Bahkan hiu Greenland pun
menelan sampah plastik karena peneliti menemukannya di perut hingga delapan
persen hiu yang ditangkap di selatan Greenland.
Bergmann
menambahkan data sampah yang ia peroleh dalam studi terkini diambil
bersamaan dengan studi mamalia dan burung laut di kapal RV Polarstern.
Menurut
dia, kesempatan mengamati sampah dari kapal, membantu peneliti untuk
mempelajari distribusi global sampah yang mengapung, terutama di area
terpencil.
Meski masih belum jelas bagaimana sampah itu bisa
sampai begitu jauh ke utara, tampaknya sampah-sampah itu akan menjadi
masalah baru untuk kehidupan laut lokal menurut hasil studi Bergmann dan
timnya yang dipublikasikan di jurnal ilmiah daring Polar Biology.
Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2015