Melatih emosi anak lewat permainan menang-kalah
Kamis,2015-10-08,15:05:26
(Berita Dunesia) Jakarta - Ada kalanya anak selalu ingin menang dan marah
bila kalah dalam permainan kompetitif. Dokter spesialis anak, dr Markus
Danusantoso, mengatakan, orangtua tidak membuat anak menjadi depresi
karena kalah saat bermain.
"Mainan itu harus dibuat menyenangkan," kata dia dalam jumpa pers, di Jakarta, Rabu (7/10).
Justru,
orangtua sebaiknya memanfaatkan permainan seperti itu untuk membimbing
anak untuk memahami konsekuensi dari setiap perbuatan. "Misalnya catur,
kita bimbing agar anak berpikir kalau jalan ke sini jadi kalah," ujar
dia
Justru, anak diajarkan mengetahui ada dampak dari setiap
pilihan langkah yang diambilnya, baik itu menang maupun kalah. Ajak anak
berdiskusi agar dapat memutuskan pilihan yang tepat.
"Bimbing
anak untuk memperbaiki kesalahan-kesalahannya," ujar dia. Permainan
menang-kalah sebaiknya dipraktikkan saat anak sudah berusia di atas tiga
tahun.
"Permainan 0-3 tahun sebaiknya tidak mengutamakan jadi
pemenang, tapi mengajarkan anak untuk bisa mengetahui cara memainkan
mainan," jelas dia.
Mendampingi anak saat bermain juga berguna
agar dia dapat mengendalikan emosi saat mengalami kesulitan kala
bermain. Orangtua dapat segera memberitahu solusi bila anak mengalami
kendala.
"Kalau dia kesal atau bingung bagaimana cara mainnya,
harusnya orangtua mendampingi dan bilang pelan-pelan bahwa anak tidak
perlu emosi," papar dia.
Dengan demikian, anak dapat mengerti
bahwa kesulitan dapat diatas bila dibantu tanpa perlu meledakkan
kemarahan. Orangtua pun harus tanggap bila anak terlihat kebingungan
saat bermain.
"Jangan tunggu sampai dia nangis kejer baru
orangtua mendatangi," kata dia. Anak yang didampingi saat bermain lama
kelamaan akan menjadi "master" permainan yang melatih merka untuk
menjadi mandiri.
Editor: Ade Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2015