Disiplin keras bukan berarti mengkerasi anak
Senin,2015-06-08,07:58:01
ilustrasi
(Berita Dunesia) Jakarta - Disiplin keras kepada anak tak berarti orang tua
harus mengkerasi anaknya baik secara fisik maupun psikis.
"Kalau
disiplin, ada yang namanya perjanjian, ada saling persetujuan bersama
antara orang tua dan anak," ujar Deputi IV Perlidungan Anak, Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pribudiarta Nur Sitepu
kepada ANTARA News di Kupang belum lama ini.
Dia mencontohkan
saat orang tua membuat perjanjian bahwa anak tidak boleh menonton
televisi lebih dari jam 10 malam yang jika jika dilanggar, anak dihukum
dengan hanya melipatgandakan mengerjakan tugas dari sekolahnya.
Menurut
dia, bila anak melanggar perjanjian, maka orang tua berhak melayangkan
hukuman, sesuai yang telah disepakati bersama anak, namun hukuman itu
harus mendidik.
"Hukuman itu membawa edukasi di dalamnya.
Hukuman itu adalah kesepakatan bersama antara orang tua dan anak. Bukan
semata-mata kekerasan fisik dan psikis. Itulah garis tegas antara
kekerasan dan pendisiplinan," ungkap Pri.
Menyoal angka
kekerasan pada anak, Pri memaparkan hasil survei Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) bersama
Kementerian Sosial dan BPS pada 2013.
Data menunjukkan sekitar 30
persen anak berusia 13-17 tahun setidaknya mengalami satu jenis
kekerasan baik itu fisik, seksual, maupun psikis.
Kemudian, pada
kelompok usia 18-24 tahun, diketahui 50 persen atau satu dari dua
laki-laki setidaknya mengalami salah satu kekerasan.
Sementara pada perempuan angka menunjukkan 16,40 persen atau satu dari enam orang.
"Dari
data ini munculah pernyataan bahwa ternyata keluarga di kita
(Indonesia) tidak mampu membedakan pendisiplinan dengan melakukan
kekerasan," kata Pribudiarta.
Padahal, menurut dia, kekerasan justru menurunkan IQ-nya anak dan membekas dalam pola pikir anak.
"Saat
dia besar, dia akan merasa, kekerasan merupakan solusi untuk
menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, banyak kekerasan yang terjadi di
masyarakat saat ini karena menganggap kekerasan sebagai jalan keluar,"
kata dia.