Delapan mahasiswa asing belajar membatik di Malang
Kamis,2015-08-13,09:42:13
Ilustrasi-- Batik
(Berita Dunesia) Malang (Berita Dunesia) - Sebanyak delapan mahasiswa asing dari enam negara yang tergabung dalam program Association Internationale et Studiant Sociale Economic Commerciale (AIESEC) belajar membatik di Sekolah menengah Kejuruan (SMK) PGRI 3 Malang, Rabu.
Kehadiran delapan mahasiswa asing dalam program AIESEC di Malang tersebut difasilitasi oleh AIESEC Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Delapan mahasiswa tersebut berasal dari Mesir, Rusia, Maroko dan Polandia masing-masing satu orang. Sedangkan dari Belanda dan Vietnam masing-masing dua orang mahasiswa.
"Kedelapan mahasiswa asing tersebut akan berada di Malang selama enam pekan dan akan melakukan program kunjungan ke unit-unit usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang ada di daerah ini serta bertukar pengalaman dengan siswa-siswi di tiga SMK, yakni SMK PGRI 3, SMK Negeri 3 dan SMK Muhammadiyah 2," kata Ketua Pelaksana Program Kewirausahaan AIESEC UMM Dian Kresnawan.
Ia mengatakan, dari kunjungannya ke sejumlah UMKM dan tiga SMK di Kota Malang, katanya, kedelapan mahasiswa asing itu juga banyak belajar tentang potensi dan iklim usaha di Indonesia, khususnya Malang. Selain itu mereka juga belajar budaya, dan yang menarik perhatian mereka adalah seni membatik dan membuat topeng Malangan.
Oleh karena itu, katanya, para mahasiswa asing yang seluruhnya perempuan itu juga tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar membatik, yang kebetulan di SMK PGRI 3 juga ada keterampilan khusus membatik.
Menurut dia, banyak hal yang menjadi perhatian mereka setelah melakukan kunungan ke sejumlah UMKM di wilayah Malang. "Rata-rata hasil produksi kita sangat bagus, namun kemasannya masih kurang menarik, sehingga mengurangi minat calon pembeli. Selain itu, para pengusaha UMKM ini hanya memroduksi saja tanpa memikirkan pasarnya, bahkan pelaku usaha ini juga lemah dalam pemasaran," kata Dian.
Menyinggung tujuan proyek kewirausahaan AIESEC bagi siswa SMK tersebut, Dian mengatakan memasarkan produk-produk UKM maupun SMK ke luar negeri (ekspor). "Oleh karena itu, apa yang kurang dalam produk UKM yang telah dikunjungi mahasiswa asing ini akan diperbaiki sesuai saran mereka," ujarnya.
Sementara itu Kabid Teknik Mesin dan Pemasaran SMK PGRI 3 Kota Malang Apriyanto Sapari mengatakan siswa siswinya selama ini sudah memroduksi topeng Malang dari bahan baku daur ulang kertas koran, bahkan sudah dipasarkan secara luas dengan harga rata-rata Rp250 ribu per biji.
"Pelanggannya rata-rata dari satuan kerja perangkat daerah (SKPD) atau dinas-dinas dan sebagian besar dijadikan souvenir untuk tamu penting. Untuk topeng Malangan ini memang masih perlu kemasan yang lebih menarik, seperti dimasukkan dalam kotak kaca agar lebih menarik dan harga jualnya juga lebih tinggi," kata Sapari.