BAGI sebagian orang, sejarah termasuk pelajaran
yang menyusahkan di sekolah atau kampus. Alasannya, pelajar atau
mahasiswa harus banyak menghafal nama-nama tokoh, peristiwa, tahun
kejadian, sampai tempat tertentu. Apalagi, ilmu ini lazimnya terkait
hal-hal dari masa lalu.
Padahal, sejarah bisa menjadi salah satu
pelajaran mengasyikkan di tengah kemajuan teknologi yang begitu cepat
seperti sekarang. Sejarah tidak hanya ada di buku-buku tebal, tetapi
juga di berbagai media dan tempat.
Sebut saja novel, film dan
video, teater, diskusi, berkunjung ke museum dan gedung-gedung tua,
koleksi benda antik, hingga bertanya kepada saksi hidup.
Ada banyak film sejarah terkait Indonesia, seperti
November
1828, Tjoet Nja’ Dhien, Sang Kiai, Soegija, Gie, Oeroeg, Hati Merdeka,
Sang Penari, 3 Nafas Likas, Cahaya dari Timur: Beta Maluku, Soekarno:
Indonesia Merdeka, dan
Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI. Di luar itu juga ada film dokumenter dan video singkat tentang suatu peristiwa yang bertebaran di internet.
Datang
ke museum juga seru untuk belajar sejarah. Tak hanya tentang peristiwa
nasional, tetapi juga tentang berbagai hal, mulai dari senjata,
perhiasan, alat musik, angkutan, perabot rumah tangga, mata uang, hingga
tekstil dan pakaian.
Semua cara itu memudahkan kita untuk
mempelajari sejarah. Sejarah tak melulu bersumber dari buku bacaan,
tetapi juga tontonan, sentuhan, percakapan, dan interaksi sosial. Jika
cara-cara ini bisa ditempuh, belajar sejarah juga bisa mengasyikkan,
bahkan relevan dengan masa kini.
Berbagai sumber
Menurut
Wildan Habibi, mahasiswa Program Studi Sejarah Departemen Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, belajar
sejarah yang menyenangkan adalah melalui karya sastra.
”Banyak
unsur fiksi, tetapi latar waktu, tempat, dan suasana serta sebagian
fakta dalam cerita merupakan fakta historis. Jadi, walau tidak bisa
dijadikan patokan utama untuk belajar sejarah, karya-karya tersebut bisa
membantu untuk memahami latar suasana pada kurun waktu yang
diceritakan,” kata Wildan.
Salah satu karya sastra yang menarik
minatnya adalah novel Burung-burung Manyar karya Romo Mangunwijaya.
”Alur ceritanya menarik, membuat saya ingin mencari lebih jauh narasi
sejarah yang melatari karya tersebut,” ujarnya.
Lain dengan
Muhammad Nailur Rofi, mahasiswa Hukum Tata Negara Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya. Bagi dia,
berkunjung ke berbagai museum dapat membantu untuk mengetahui fakta
sejarah lebih komprehensif melalui benda-benda peninggalan masa lalu.
Untuk
itu, dia berharap museum segera berbenah dan mengeluarkan ide-ide
inovatif agar kian memikat masyarakat untuk mengunjunginya. ”Tidak semua
orang suka membaca, apalagi buku-buku yang tidak mengandung humor,
seperti buku sejarah,” katanya.
Selain museum, kunjungan ke kota
tua atau daerah yang memiliki bangunan menarik dari masa lalu juga dapat
mendorong orang peduli pada sejarah. Dari berbagai bangunan lama, kita
belajar tentang arsitektur, kearifan lokal, dan budaya.
Putu
Widyantari, mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja,
menilai, film adalah media asyik untuk belajar sejarah. Jika hanya
disampaikan oleh guru di kelas, sejarah pasti membosankan.
”Film
membuat generasi muda tertarik belajar sejarah, apalagi sekarang ada
pula film animasi sejarah, seperti Battle of Surabaya. Setelah itu, guru
dan murid dapat berdiskusi, bertanya, dan mengeluarkan pendapat tentang
film atau peristiwa tersebut,” tuturnya.
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO
Pengunjung berfoto di depan Museum Sejarah Jakarta di Kota Tua, Jakarta
Barat, Senin (26/10/2016). Kota Tua yang menyimpan banyak sejarah
Jakarta menjadi daya tarik bagi warga dan wisatawan baik asing maupun
nusantara untuk berkunjung.
Pendapat
senada mengemuka dari Risvani Nur Naratri, mahasiswa Program Studi
Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto. Belajar melalui film juga cocok buat mereka yang kurang
menyukai membaca banyak buku.
”Reka adegan dalam film membuat kita lebih memahami perjuangan si tokoh,” katanya.
Menyajikan sejarah
Tantangan
menyajikan sejarah sebagai pelajaran menarik menjadi prioritas Veronika
Indri Tri Utami, mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Sebagai
calon guru Sejarah, dia ingin mengubah paradigma tentang sejarah. Salah
satunya dengan menerapkan metode inovatif, kreatif, dan menyenangkan,
misalnya mengangkat peristiwa sejarah ke dalam drama.
”Materi
dapat diambil dari peristiwa Proklamasi, Rengasdengklok, atau
Pertempuran Surabaya. Tujuannya, siswa dapat menyelami peristiwa sejarah
nasional dengan memerankan tokoh sejarah ini,” ujar Indri.
Suasana
kelas pasti akan lebih menarik jika sekeliling dinding kelas dilengkapi
foto-foto terkait sejarah dan replika tokoh-tokoh sejarah. Ada pula
yang senang menulis dan membagikan peristiwa sejarah melalui blog atau
terbitan lain di media.
Jadi, asal tahu caranya, pelajaran sejarah juga bisa mengasyikkan. Betul tidak? (TIA)