JIWA NUSANTARA
BERTUMBUH SEJAK DALAM KANDUNGAN BUNDA
Apa itu Jiwa Nusantara?
Merupakan semangat dalam setiap insan Indonesia di tengah kemajemukan, untuk bersama membangun persada, bersatu padu melawan segala bentuk atau upaya yang memecah belah. Merealisasikan misi dan visi bangsa demi kesejahteraan, keadilan seluruh warga berdasarkan Ke-Tuhanan Yang Maha Esa serta menjamin kelestarian bumi sebagai sumber kehidupan.
Sebagai warga negara Indonesia, kita telah diperkenalkan secara amat mendalam tentang keberadaan bumi persada dengan segala aspek kemanusiaannya sejak kecil. Baik itu dalam pelukan bunda, yakni lingkungan keluarga dengan mencantumkan nama Indonesia pada nama kita ditambah dengan akte lahir sebagai warganegara Indonesia. Ditambah dengan pengenalan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu oleh ayah dan bunda. Semua ini merupakan sosialisasi dan pembinaan dini dalam lingkungan keluarga yang menunjukkan dan mendidik kita akan identitas bangsa Indonesia, bukan bangsa lain. Dan ini berlaku di seluruh keluarga di nusantara ini.
Sebagai insan yang terlahir siapapun kita, pria atau wanita, kulit putih atau hitam, dari golongan rakyat jelata hingga penguasa negeri...kita adalah pemenang. Karena saat berada dalam kandungan ibu, kita sudah saling ‘berkompetisi’... Ketika sekian juta sel sperma dan hanya satu berhasil mendobrak indung telur, bersatu dan menjadi benih manusia baru. Sejak degup jantung kita dirasakan oleh Bunda, maka sejak itu pula belaian kasih ayah dan ibu hadir. Dibahasakan dalam usapan tangan dan bisikan kata-kata lembut penuh cinta kepada janin yang bertumbuh. Ditambah dengan asupan makanan terbaik yang satu dengan raga ibu, kita dipersiapkan untuk menjadi manusia-manusia unggulan. Dilengkapi bahasa hati maupun ucapan-ucapan berbahasa ibu, ‘pendidikan’ dasar keluarga mulai diarahkan kepada kita sejak dalam kandungan. Coba hayati yang Ibu bisikan, “Anakku, bertumbuhlah menjadi anak yang sehat. Kami doakan selalu, supaya kau lahir selamat. Dan kita bersatu dalam keluarga. Ayah ibu sangat mencintaimu dan menanti hadirmu penuh harap...Kami telah siapkan segala sesuatunya untuk menyambutmu”.
Pengenalan jiwa nusantara pertama mulai dari rahim ibunda. Bagaimana anak-anak memahami bahwa mereka terlahir dari sebuah keluarga yang utuh, keluarga yang saling mengasihi, keluarga sebagai inti dari masyarakat umum. Ketika puji syukur dan doa dibisikkan ke telinga seorang bayi, maka jiwa nusantara akan ke-Tuhanan yang Maha Esa mulai ditanamkan. Betapa sebagai manusia kita bukan apa-apa di mata Tuhan. Tidak ada perbedaan apapun di hadapan Dia, karena kita terlahir sama-sama telanjang, bersih dan suci. Dan sebagai makhluk ciptaannya, kita patut mensyukuri manusia baru yang terlahir dan menjadi anggota. Bukan hanya dalam lingkungan keluarga sahaja melainkan lebih luas lagi, dalam nusantara maupun warga dunia. Itulah pendidikan Jiwa Nusantara pertama, bagaimana keluarga memperkenalkan relasi antara anak dengan anggota keluarga dan anak dengan Yang Maha Esa.
Di tengah Kemajemukan
Ketika kemudian anak-anak bertumbuh besar dan mereka mulai mengenal dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar, maka pengenalan terhadap aspek-aspek kenusantaraan ini semakin diperkaya. Saat mereka berkenalan dan berteman dengan para tetangga yang berasal dari bermacam suku bangsa. Mulai dari Jawa, Batak, Minahasa, Padang, Bali, Dayak, Irian...dan seterusnya. Dalam perkembangannya menjadi sosok yang dewasa, putera-puteri kita mulai menerjemahkan arti ‘nusantara’ dalam pergaulan mereka dengan teman-teman. Bahwasanya di luar sana ada warga negara yang memiliki latar belakang berbeda, mereka berbicara dengan bahasa daerah, mereka makan menu tradisional asal daerah mereka, saat perayaan kemerdekaan mereka menggunakan pakaian daerahnya...bahkan ketika beribadah mereka pergi ke rumah-rumah ibadah sesuai kepercayaan mereka. Ada tata cara menjalin ‘relasi’ dengan Tuhan yang Esa melalui berbagai cara dan kepercayaan. Namun satu tujuan, untuk keselamatan hidup di dunia dan di akherat nanti. Putera-puteri bangsa ini tidak akan menjadi bingung karena berbagai latar belakang yang ada yang mungkin dirasa agak berbeda dengan nuansa dalam keluarga mereka. Karena dalam keluarga yang Indonesiawi sudah ditanamkan Jiwa Nusantara ini. Maka melalu arahan yang tepat seyogyanya semangat ini terbangun dengan baik dan kokoh mulai dalam lingkungan keluarga inti. Karena tak jarang dalam masa kini, generasi muda menjadi bingung. Tak jelas atau tak paham tentang kenusantaraan, sehingga rentan oleh pengaruh-pengaruh asing atau dari dalam negeri sendiri terhadap hal-hal yang memecah belah persatuan kesatuan. Demikian ketika kita memasuki jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, bahkan hingga berkuliah di Perguruan Tinggi manapun juga. Maka unsur pendidikan jiwa nusantara telah melekat pada seluruh siswa dengan ditanamkannya Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKN). Memang dalam perkembangan materi pendidikan dapat saja berbeda format sesuai dengan kebijakan Departemen Pendidikan yang berlaku atau tepatnya era kepemimpinan bangsa ini. Namun dasarnya tetap sama yakni bagaimana sebagai warganegara Indonesia kita memahami Nusantara sebagai jiwa kita. Pun ketika kita mulai memasuki lingkungan yang lebih besar atau jauh dari lingkungan keluarga bahkan bumi pertiwi ini. Saat kita mengenal warga dunia yang lebih luas dengan beragam latar belakang yang sungguh amat berbeda. Namun jiwa nusantara tak akan pudar hanya karena perbedaan ini. Bahkan sepatutnya dengan jiwa nusantara yang terbentuk dan terpatri dalam perjalanan kita menjadi insan dewasa, akan menjadikan kita bijak dalam memilah mana yang bagus untuk diadaptasi dan mana yang tidak. Mana aspek-aspek kehidupan dan bermasyarakat yang perlu kita serap dan pelajari dan mana yang hanya kita berlakukan sebagai penambah wawasan. Lingkungan yang lebih besar juga mengandung makna kehidupan sekitar yang menjadi sumber kehidupan manusia yaitu air, tanah, udara beserta isinya. Tanpa kehadiran mereka, kita tak akan bisa hidup. Maka Jiwa Nusantara adalah juga semangat yang berupaya untuk menjaga kelestarian kekayaan hayati, hutan, laut, gunung dan alam sekitar. Semangat turut melestarikan alam sepatutnya menyatu pula dalam jiwa kita. Jiwa nusantara adalah warisan tak ternilai bagi setiap insan Indonesia dan pantas dilestarikan untuk menjadi dasar pijak dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat. Jika dulu para pejuang tak pernah mempermasalahkan dengan siapa dan untuk siapa mereka berjuang menumpahkan darah bahkan meregang nyawa, maka kita para penerus bangsa seyogyanya wajib mempertahankan semangat ini. Semangat persatuan untuk bersama bergandeng tangan, bahu membahu memandang kiri, kanan, muka, belakang adalah keluarga nusantara. Dan menatap ke muka, memperjuangkan segala yang terbaik untuk kemaslahatan persada nusantara dalam satu kesatuan : JIWA NUSANTARA.
SEMANGATKU, SEMANGATMU, SEMANGAT NUSANTARA JIWAKU, JIWAMU, JIWA NUSANTARA