Beberapa ritual yang dilakukan biasanya adalah potong ayam dan membuat ketupat. Ini disebabkan karena ritual ini erat kaitannya dengan kegiatan Pasola untuk melihat baik dan buruknya nasib seseorang yang akan ikut dalam Pasola.
Sang pemimpin adat atau rato melihat hasil olahan ayam dan ketupat. Apabila ayam panggang masih mengeluarkan darah dari ususnya, dan ketupat yang telah masak, ada yang berwarna merah, atau kecoklatan, maka diyakini ini merupakan pertanda buruk. Yakni anggota keluarga yang ikut Pasola, akan mendapat bahaya, seperti menderita luka-luka, atau bahkan meninggal dunia.
Ketika malam semakin larut, para rato yang bertugas mengamati munculnya bulan purnama, segera bersiap-siap memakai pakaian kebesaran rato (Atau biasa disebut rowa rato). Biasanya ritual ini dilakukan dengan cara berdoa di atas batu kubur (nisan) dan menghadap ke arah bulan purnama.
Dengan menghadap ke arah bulan purnama, para rato bisa memastikan ketepatan dan posisi bulan, serta keadaan gelombang laut di pantai. Dari situlah akan diputuskan saatnya nyale. Begitu nyale atau cacing laut sudah terlihat, seluruh warga yang telah berkumpul sejak subuh, memulai perburuannya.
Tradisi ini biasanya dilakukan pula oleh masyarakat Bali dan Lombok tapi biasanya tidak disertai dengan Pasola