beritadunesia-logo

Jakarta Times



Masuk ke Ruang Bawah Tanah Makam Megah di Petamburan

Jumat,2017-09-08,10:32:10
Mausoleum atau bangunan pelindung makam O.G.Khouw di Taman Pemakaman Umum Petamburan, Jakarta Pusat.
Berita Terbaru
(Berita Dunesia)

JAKARTA - Tatapan mata langsung tertuju pada sebuah kubah hitam yang terbuat dari batu pualam di bagian tengah Taman Pemakaman Umum Petamburan, Jakarta Pusat. Bangunan tersebut tampak kontras dengan kuburan di sekitarnya yang beukuran tak sampai satu meter. 

 

Kaki terus berjalan hingga akhirnya mendapati pagar besi dicat emas yang mengelilingi bangunan tersebut, ada patung-patung bergaya Yunani terbuat dari batu pualam putih.

 

Dari dekat barulah terlihat ada dua batu nisan bertuliskan nama OG Khouw dan Lim Sha Nio. Siapa pun mereka, jelas bukan orang sembarangan melihat bangunan pelindung makam, mausoleum yang begitu megahnya. 

 

"OG Khouw adalah orang kaya pada zamannya. Khouw lahir di Batavia, meski keturunan Tionghoa, Khouw tak dapat berbahasa Mandarin dan banyak tinggal di Eropa," kata Ketua Komunitas Love Our Heritage, Adjie ditemui di Taman Pemakaman Umum Petamburan, Jakarta. 

 

Adjie bercerita ketika pertama kali komunitas Love Our Heritage berkunjung ke mausoleum OG Khouw di akhir tahun 2009, bangunannya sudah sangat tak terawat. Betapa terkejutnya ia ketika siang hari, langsung ada suara cekikik seorang perempuan. Padahal ia datang di siang hari. 

Peserta tur Jakarta Food Traveler sedang mendengarkan penjelasan dari Adjie, ketua Love Our Heritage di depan puntu ruang bawah tanah Mausoleum O.G .Khouw.(Kompas.com/Silvita Agmasari)
"Ternyata itu suara cekikik anak SMA yang buru-buru membereskan baju. Betapa prihatinnya kami, tempat seperti ini dijadikan tempat mesum. Mau bagaimanapun ini adalah makam tempat bersemayam orang," kata Adjie. 
  

Dari keprihatinan tersebut komunitas Love Our Heritage akhirnya mulai membersihkan dan merawat rutin mausoleum OG Khouw. Bagi Adjie dan kawan-kawan, bangunan ini adalah bagian dari sejarah yang harus dirawat.

 

"Setelah Indonesia merdeka, makam ini terakhir dikunjungi oleh keluarga tahun 80-an. OG Khouw dan Lim Sha Nio tidak punya keturunan," kata Adjie.

 

Dari yang tadinya kotor dan suram, berangsur mausoleum OG Khouw menjadi lebih baik. Dengan penambahan pintu, perbaikan marmer yang sudah mau rubuh, dan penambahan lampu di ruang bawah tanah.

 

Sayangnya beberapa barang yang sudah rusak dan hilang tak diganti kembali. Juga atap mausoleum yang mencapai tinggi sembilam meter, membuat aktivitas pembersihan jadi menantang.

Bagian dalam ruang bawah tanah penyimpan abu O.G. Khouw, dan patung dinding yang diperkirakan wajah O.G. Khouw.(Kompas.com/Silvita Agmasari)
Adjie sempat mengajak para peserta tur Jakarta Food Traveler untuk turun ke ruang bawah tanah tempat penyimpanan abu OG Khouw.
  

Di ruang dengan luas lima meter tersebut terdapat sepasang patung dinding, yang ditebak adalah wajah OG Khouw dan sang istri Lim Sha Nio. Di tengahnya terdapat ruang besar yang tak memiliki pintu, dilapisi marmer putih. 

 

"Bangunan ini sebenarnya sangat terencana, dengan lubang untuk aliran air agar tak banjir, lubang ventilasi udara, dan panel listrik. Sayang sudah tak berfungsi, dan pintunya yang terbuat dari jati gagang dari kuningan sudah hilang," kata Adjie. 

 

Daya Tarik Wisata

Mausoleum OG Khow yang disebutkan konon adalah bangunan makam terbesar di Asia Tenggara sebenarnya menjadi daya tarik bagi para pecinta sejarah. Adjie menyebutkan saat sedang membersihkan mausoleum tak jarang ada wisatawan asing yang berkunjung. 

 

"Waktu itu pernah ada wisatawan asal Belgia, saya tanya tahu dari siapa? Katanya  tahu dari internet. Pernah juga ada penulis buku dari Belanda yang berkunjung ke sini," kata Adjie.

Patung dinding di dalam mausoleum O.G. Khouw yang diperkirakan adalah Lim Sha Nio, istri daei O.G. Khouw (Kompas.com/Silvita Agmasari)
Padahal warga sekitar Petamburan sendiri bahkan tak tahu dengan keberadaan mausoleum megah yang mengabiskan dana sekitar Rp 3 miliar pada tahun 1920-an ini.
  

Perawatan mausoleum yang mengandalkan swadaya ini juga terhambat karena tak diakui keberadaannya sebagai cagar budaya.

 

Padahal mausoleum seperti milik OG Khouw yang kaya akan desain bangunan dan kisah di baliknya memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi wisata sejarah Jakarta. 

 

 

 

PenulisSilvita Agmasari

EditorI Made Asdhiana 

Berita Terkait
WIAPEDIA
Fitrafood
REAFO
GFS